Pulang

Aku menulis sembari mendengarkan lagu ini. Lagunya hebat. Aku seakan tidak sendiri. Bukan soal apa isi video clipnya, tapi isi lagunya. Kamu bisa dengar juga sembari membaca.


Orang bilang, sejauh kaki melangkah rumah adalah sebaik-baik tempat pulang. Aku percaya itu. Semakin tumbuh dewasa, aku semakin merindukan nyamannya kamar setelah seharian beraktivitas di luar rumah. Semakin tidak ingin merusak diri sendiri dengan kegiatan yang begitu padat seperti dulu.

Adakalanya kita lelah. Lelah dengan semua hal yang biasa kita lakukan. Yang biasa kita kerjakan dengan perasaan bahagia dan senang. Dan menganggap itu sebagai zona nyaman kita.

Adakalanya kita merasa bosan dengan apapun. Dengan segala sesuatu yang tidak pernah berubah. Jangankan berubah, kemajuan saja tidak ada.

Dan adakalanya kita harus pulang. Istirahat. Tapi bukan berhenti.

Tapi, aku sangat-sangat senang beraktivitas di luar rumah. Apalagi aktivitas itu membuat aku bahagia. Lupa dengan segala sesuatu yang memuakkan. Lupa bahwa aku punya masalah. Lupa bahwa aku sedih. Dan lupa bahwa aku sedak tidak baik-baik saja.

Dan ketika hal itu terjadi, kadang “rumah” bukan pilihan untuk kembali.

Seiring berjalannya waktu juga, tidak jarang aku dihantam kerasnya kehidupan. Semuanya membosankan. Arah hidup yang tidak teratur. Dan aku tidak tahu harus “pulang” kemana. Seakan kata “pulang” sulit sekali aku wujudkan.

Orang-orang tidak peduli ketika itu aku sehancur apa. Yang orang tahu, aku harus melakukan sesuatu yang memang seharusnya aku lakukan. Mengerjakan sesuatu dengan baik. Sampai lupa bahwa diri sendiri tidak baik.

Orang juga pernah bilang, menceritakan sesuatu yang seharusnya disimpan sendiri seperti ini adalah sesuatu yang tidak baik. Aku tidak peduli itu. Aku beranggapan jiwa yang sedang jatuh tidak bisa ditahan seorang diri. Berat.

Dunia seakan tidak adil. Orang-orang yang menuntut. Semua seakan berantakan. Semua terjadi seakan bukan atas kehendak ku. Semua tidak peduli dengan apa yang sudah aku lakukan.

Dan memang, saat seperti itu kita perlu menyendiri. Menyendiri dari keramaian. Mengapresiasi diri sendiri. Dan menyemangati diri sendiri.

Untuk aku, diri ku sendiri
Semangat
Istirahat ketika lelah
Jangan menyerah
Semua akan baik-baik saja
Semua akan berubah digenggaman mu sendiri

Comments

  1. Aku termasuk orang yg selamat dari mindset "anak broken home pasti nakal" salah satunya karena sering meluapkan emosiku di diary. Bahkan sampe kuliah semester 5 aku masih nulis diary.
    Setelah kenal blog, tulisanku pindah panggung 😀

    ReplyDelete

Post a Comment