Menutup Januari


Akan ku tutup Januari tahun ini dengan tulisan isi kepala ku yang benar-benar ingin mengkritiki banyak manusia bedebah. Maaf kasar. Tapi sepertinya tidak perlu minta maaf. Sudah kasar sejak dulu.

Tepat 5 bulan 12 hari aku dikelilingi oleh orang-orang tinggi. Cita-citanya yang tinggi. Sangat tinggi. Pendidikannya tinggi. Cara berfikirnya tinggi. Apapun itu. Kita perlu tahu, bahwa yang sudah tinggi kadang susah untuk melihat ke bawah.

Dulu ketika berorganisasi di sekolah, aku adalah orang yang sangat-sangat senang memecahkan masalah. Beradu argumen dengan orang yang mampu menghargai disetiap perdebatan itu. Berdiskusi tanpa merendahkan yang lain. Hal-hal seperti itu juga mempengaruhi apa yang kita lakukan dikemudian hari.

Ketika sekolah aku mendapat ruang diskusi yang sedang tumbuh-tumbuhnya. Dan aku mendapatkan kesampatan untuk merangkul teman-teman ku berjalan beriringan Seperti yang sudah ku tuliskan ditulisan ku sebelumnya. Aku punya kuasa dan harus bertanggungjawab atas segala yang dilakukan oleh teman-teman ku.

Tahu bahwa sedang diruang yang belum sempurna, tentu akan menjadikan seorang pemimpin berfikir berbagai cara agar ruang itu tetap hidup. Dipandang manusia. Memiliki nilai disetiap geraknya. Sekarang aku berada di ruang itu lagi. Hanya berbeda lingkup saja. Berbeda manusia. Berbeda pikiran. Ruang itu sama, sedang tumbuh. Perlu air. Membutuhkan matahari agar tetap hidup.

Dan selama 5 bulan 12 hari itu, aku percaya. Apa yang aku lakukan dulu membentuk pola pikir ku ketika menghadapi masalah dengan orang-orang tinggi itu. Pernah merasakan menjadi penggerak sesuatu di bawah pemimpin? Kamu yang mengetahui keadaan tapi kamu diperintah seolah-olah keadaan bisa disetir saat itu juga dengan omong kosong perintah pemimpin.

Percayalah, sesuatu yang sedang tumbuh akan tetap hidup ketika ia diberi apa yang ia butuhkan. Bukan yang diinginkan. Sampai saat ini aku masih sama, mudah mengkritik sesuatu namun dengan berbagai macam pertimbangan kenapa aku bisa semudah itu. Aku juga masih sama, berprinsip segala sesuatu yang salah akan mengakui salah ketika ia benar-benar dikritik bahwa apa yang dilakukan itu tidak benar.

5 bulan 12 hari mental ku yang naik turun. Tidak mau bertemu orang-orang yang sulit menerima. Sampai kemarin selepas kerja, dengan pikiran yang tidak tentu arah aku menghubungi teman ku apakah dia di rumah atau tidak. Satu-satunya yang bisa aku harapkan saat itu. Karena menceritakan segala sesuatu bersama orang yang selalu ada disetiap kita melangkah adalah hal yang terbaik yang bisa dilakukan.

Pernah berfikir tidak, “wong mulyo seko cilik kadang angel ndelok ngisor mergo ra tau urip rekoso”? Itu yang selalu aku pikirkan, sampai detik ini. Sampai aku menulis tulisan ini. Memang tidak semua orang yang tinggi bisa dipukul rata dengan seperti itu, tapi akan ada orang-orang tinggi seperti itu dikehidupan kita.

Orang-orang tinggi itu seakan menjadi teman ku selama 5 bulan. Kita sering berdikusi. Sering menceritakan apa yang sudah-sudah. Tapi selama itu juga aku tidak pernah merasakan hasil dari diskusi itu. Mereka senior. Segala teori aku yakin mereka tahu. Pengalaman juga pasti bukan lagi satu dua.

Aku tidak pernah membayangkan diumur 18 tahun ku akan banyak peristiwa seperti ini. Disetiap diskusi itu aku ingin sekali menyanggah yang menurut ku itu bukan hal terbaik yang harus dilakukan saat ini. Kamu pernah merasakan bersama orang-orang senior kemudian ketika kamu ingin bersuara namun takut dipandang kecil? Aku merasakan itu lagi, saat ini.

Mereka seakan tidak ingin mendengar jeritan suara bahwa kami yang di bawah ini tidak bahagia. Mungkin bahagia tapi tidak sejahtera. Dan mungkin juga hanya aku yang merasakan ini. Kali ini seolah ilmu yang aku dapat diruang diskusi sekolah dulu tidak bisa aku terapkan di sini. Padahal katanya, ilmu berorganisasi akan sangat berguna ketika turun dilapangan. Bohong. Tidak semuanya benar. Atau aku yang terlalu egois mengganggap selama ini yang aku dapatkan bisa diterapkan disegala medan hanya caranya saja yang perlu diubah.

Untuk aku
Untuk teman-teman ku
Untuk kalian

Ketika nanti menjadi pemimpin, perlu diingat seseorang bisa dikatakan pemimpin ketika ada bawahan. Orang bisa dikatakan tinggi ketika ada yang rendah. Mereka yang dibawah mereka yang rendah justru yang menjadikan kamu terlihat ada.

Ketika nanti menjadi pemimpin, buka dengan tangan lebar apa yang diinginkan rekan-rekan mu. Kadang mereka yang tahu apa yang harus dilakukan. Pemimpin perlu tahu itu dan adakalanya seorang pemimpin hanya bertugas memberi keputusan atas segala kuasa yang ia miliki.

Aku tutup Januari ku dengan segala keluhan ku
Tidak perlu mengucapkan selamat tinggal untuk Januari
Tidak perlu mengucapkan selamat datang untuk Februari
Cukup dengan tidak terjadi apa-apa yang tidak pernah sekalipun aku inginkan

Comments